Catatan Perjalanan :
Sekali
Menginjak Gas, Delapan Negara Bagian Terlampaui
12.
Sepanjang Jalan 16 Denver
Sabtu, 29 April
2000, sekitar jam 10:00 pagi kami meninggalkan Breckenridge
menuju Denver, dan saya rencanakan sore itu akan mencapai kota
Rock Springs di sisi barat daya negara bagian Wyoming. Jarak yang
akan saya tempuh hari itu 456 mil (sekitar 730 km), saya berharap
sebelum malam sudah tiba di Rock Springs.
Tiba di Denver,
sebuah kota metropolitan yang berpenduduk kurang dari 500.000
jiwa, saya menyempatkan untuk singgah sebentar di sebuah jalan
yang terkenal dengan nama 16th Street Mall. Ini adalah
sebuah jalan di pusat kota Denver yang kini dirancang hanya
diperuntukkan bagi pejalan kaki (pedestrian) dan tertutup bagi
lalu lintas umum. Di sepanjang Jalan 16 ini memang bisa dijumpai
pertokoan dan mal yang menawarkan bermacam-macam barang dan
kebutuhan, termasuk restoran, butik dan galeri seni.
Guna memanjakan
para pengunjung pejalan kaki yang datang ke Jalan 16 ini, Pemda
Denver menyediakan sarana shuttle bus bagi mereka yang
ingin wira-wiri (mondar-mandir) dari ujung jalan satu ke
ujung jalan lainnya, setiap saat dengan tanpa dipungut bayaran.
Saya tidak tahu dari jam berapa hingga jam berapa bis ini
beroperasi, yang jelas pernah suatu ketika jam 11 malam saya
melihat bis tersebut masih jalan, dan masih ada saja penumpang
yang wira-wiri.
Di bagian tengah
jalan ini tersedia tempat duduk bagi mereka yang ingin sekedar
istirahat atau bersantai. Saya melihat ada banyak muda-mudi dan
juga kakek-nenek yang sedang duduk-duduk di sana. Agaknya memang
menjadi tempat yang pas untuk mereka atau siapa saja menghabiskan
waktu, atau barangkali kecapekan setelah keluar-masuk pertokoan
sepanjang 1,5 km itu.
Beberapa restoran
atau café membuka fasilitas tempat duduknya di luar
bangunan utamanya, atau di emperan. Layaknya pedagang kaki lima,
tetapi tetap terkesan tertib, santun dan enak dipandang serta
tidak mengganggu pejalan kaki lainnya.
Yang membuat
siapapun merasa tenang dan aman berada di tempat ini adalah
karena selalu ada Pak Polisi yang berpatroli di sepanjang jalan,
baik dengan mobil maupun sepeda seperti di film Pacific
Blue (cuma saya lihat kok enggak ada polisi cantiknya?).-
***
Ini adalah kali
ketiga bagi saya menyusuri sepanjang Jalan 16 Denver. Sebelumnya
pada bulan Mei dan Agustus 1999 yang lalu saya sempat ke jalan
ini. Saat itu malam hari, dan udara sedang sangat-sangat dingin.
Mengajak keluarga
menyusuri jalan ini memang rasanya tidak ada tujuan lain, selain
sekedar ingin jalan-jalan dan melihat-lihat atau membeli
cenderamata. Dan itulah yang saya lakukan siang itu, sebelum
melanjutkan perjalanan sejam kemudian.
Kembali saya
teringat Jalan Malioboro Yogya, saya berkhayal seandainya Pemda
Yogyakarta sempat melihat Jalan 16 ini, rasanya akan ada yang
bisa ditiru, paling tidak dipelajari tentang konsep management
tata kotanya. Eh, siapa tahu ada yang bisa diterapkan untuk
menata Jalan Malioboro agar lebih bernilai ekonomis dalam sektor
pariwisata, dan mewujudkan bagi siapa-saja yang datang ke sana
merasa berhati nyaman (sebagaimana semboyan kotanya)
berada di Jalan Malioboro.
Tidak seperti
sekarang, malah terkadang merasa kemrungsung (berasa tidak
karuan dan tidak nyaman). Tentunya tidak perlu meniru sama
persis, wong kendala sosial-budaya, struktur ekonomi dan
infrastrukturnya jelas berbeda.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar